Teman-temanku sesungguhnya jalan kita menuju kebaikan selalu saja tidak seperti apa yang kita inginkan. Sebagai seorang wanita kadangkala kita selalu saja bimbang dan terbawa oleh nafsu dan amarah sehingga apa yang kita lakukan sering tidak membawa manfaat/ faedah bagi diri kita maupun orang-orang di sekiling kita.
Dari Anas bin Malik, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya diantara manusia ada yang menjadi jalan kebaikan dan menjadi penutup jalan keburukan. Dan diantara manusia juga ada yang menjadi jalan keburukan dan menjadi penutup kebaikan. Maka, berbahagialah orang yang Allah jadikan jalan-jalan kebaikan melalui tangannya. Dan celakalah bagi orang yang Allah jadikan jalan-jalan keburukan melalui tangannya.” (HR Ibnu Majah, dihasankan Al-Albani)
Apabila kita melihat hadist diatas, tentu hati kita akan pilu sejenak seraya berkata dalam hati apa kita bisa menggapai jalan kebaikan dalam kehidupan kita. Oleh karena itu, yuk mari kita lihat siapa saja yang ingin dirinya menjadikan kehidupannya pada jalan kebaikan, penutup keburukan dan menjadi orang yang beruntung, maka pastinya ia melakukan beberapa hal ini:
1. Ikhlas kepada Allah dalam setiap perkataan dan perbuatan. Karena ia adalah pokok seluruh kebaikan dan sumber segala keutamaan.
2. Berdo’a dengan sungguh-sungguh serta memohon kepada Allah taufiq. Karena do’a adalah kunci segala kebaikan, dan Allah tidak akan menolak seorang hamba yang berdo’a kepadanya, juga tidak akan merugikan seorang mukmin yang memanggilnya.
3. Bersemangat dalam mencari ilmu dan mendapatkannya. Karena ilmu adalah pendorong kepada perbuatan utama dan mulia, pencegah dari perbuatan keji dan dosa-dosa besar.
4. Memperhatikan amal-amal ibadah terutama ibadah-ibadah fardu. Khususnya shalat, karena ia mencegah dari perbuatan keji dan mungkar.
5. Berhias diri dengan akhlak yang mulia dan luhur, serta menjauhi akhlak yang rendah dan tidak terpuji.
6. Menyertai orang-orang baik dan bermajlis dengan orang-orang shaleh. Karena majlis-majlis mereka di hadiri oleh para malaikat dan diliputi rahmat. kemudian berhati-hatilah agar tidak bermajlis dengan orang-orang buruk dan jelek. Kerena majlis-majlis mereka adalah tempat berkumpulnya setan.
7. Menasehati hamba-hamba Allah saat bercengkrama dan bergaul dengan mereka, dengan cara menyibukkan mereka dengan kebaikan dan memalingkan mereka dari keburukan.
8. Mengingat saat kembali (akhirat), saat bertemu dengan Allah, saat Allah membalas orang-orang yang berbuat baik dengan kebaikan dan membalas orang-orang yang berbuat buruk dengan keburukan.
Allah SWT berfirman : “Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula.” (Al-Zalzalah: 78)
Sandaran semua itu adalah keinginan kuat (raghbah) seorang hamba dalam meraih kebaikan, mencapai manfaat dan memberi manfaat kepada hamba-hamba Allah yang lain. Maka, ketika keinginan terpancang, niat teguh, tekad semakin kuat, serta memohon pertolongan kepada Allah, maka seseorang –dengan izin Allah- akan menjadi jalan bagi kebaikan dan penutup bagi keburukan.
Allah-lah yang menguasai hamba-hamba-Nya dengan taufiq-Nya, membukakan bagi siapa saja yang dikehendaki-Nya kebenaran, Dia-lah sebaik-baik pembuka.
Wassalam ;
Kartini Hadi Santoso
Sumber : Syaikh Prof. Dr. Abdurrazzaq bin Abdul Muhsin al-Badr
"Jika engkau bisa, jadilah seorang ulama'. Jika engkau tidak mampu, maka jadilah penuntut ilmu. Bila engkau tidak bisa menjadi seorang penuntut ilmu, maka cintailah mereka. Dan jika kau tidak mencintai mereka, janganlah engkau benci mereka."
[Umar bin Abdul Aziz]
0 komentar:
Posting Komentar