Bismillahirrahmanirrahim;
Di tengah derasnya arus informasi dan elektronik saat ini yang dibarengi dengan masuknya budaya asing kedalam kehidupan kita, tentunya banyak telah merubah segala tingkah laku hingga kepribadian masyarakat Indonesia secara keseluruhan. Yang lebih memprihatinkan lagi dimana masyarakat kita adalah umat muslim terbesar di dunia ini, seringkali mengidolakan artis-artis penyanyi luar negeri dan lain sebagainya yang nyata-nyata mereka yang diidolakan tersebut jelas-jelas telah keluar dari koridor agama dan lebih banyak mengajak kepada kemaksiatan. (... ehm naudzubillahi min dzalik)
Sering saya termenung dan mengingat apalah jadinya negara kita ini, jika anak-anak kita yang saat ini baru berumur 5 - 15 tahun mengidolakan selain apa yang harus mereka contoh. "Apakah mereka akan mengikuti jejak yang mereka idolakan ?, apabila ya, apakah yang mereka idolakan sudah cukup baik dan bagaimana bila anak-anak kita menjadi seorang pemimpin dan bagaimana ..... (sungguh banyak pertanyaan yang melingkar di pikiran saya apabila seorang anak hanya mengidolakan sesuatu yang tidak pantas mereka idolakan).
Dengan kegusaran yang menghampiri saya, maka saya mencari-cari baik lewat buku maupun lewat internet serta menanyakan kepada ustadz-ustadaz mengenai siapa sich yang harus kita idolakan khususnya bagi anak kita ?, sehingga apa yang kita idolakan setidaknya dapat kita contoh dalam setiap perilaku dalam kehidupan kita sehari-hari dan pada akhirnya dapat menuntu kita kepada perbuatan yang sangat diridhoi oleh Allah SWT.
Didalam kegelimangan akan ketakutan tersebut, alhamdulilah saya akhirnya mendapatkan jawabannya melalui suatu kisah didalam buku serta lewat internet yang saya ambil intisarinya.
Seorang Ustadz menyampaikan tentang betapa dirinya amat merasa malu sebagai seseorang yang sering membanggakan diri sebagai ummatnya Nabi Muhammad SAW tapi kelakuannya tak sesuai dengan apa yang dibanggakannya
Kata beliau,
Saat ini betapa banyak orang yang sudah melupakan Nabinya sendiri..
Dulu orang tua kita sering bercerita tentang kehidupan Nabi Muhammad SAW sebelum kita berangkat tidur..
Menceritakan bagaimana perangainya.. bagaimana akhlaqnya.. bagaimana kepribadiannya..
Dengan harapan agar anak-anak mereka bisa mencontoh dan mengidolakan Nabinya sebagai seseorang yang memang selayaknya ditiru
Kini, cerita itu tinggal-lah kenangan..
Pada tahun 2002, pernah diadakan suatu penelitian yang secara khusus ditujukan untuk anak SMA (baik itu SMA negeri ataupun yang berbasis Islam). Penelitian tersebut dilakukan dengan menyebarkan kuesioner yang berisi 3 pertanyaan dimana pertanyaan terakhir adalah..
" Siapakah idolamu ? "
Bukan main luar biasa hasil penelitian tersebut ternyata mendapatkan hasil bahwa dari 200 anak SMU yang mereka tanyai, hanya 6 anak yang menjawab " Nabi Muhammad SAW "
Saya termenung apakah kejadian ini terjadi karena para orang tua tak menghidupkan amalan sunnah dalam rumahnya.
Bagaimana anak mau mengidolakan Nabi mereka jika dalam 24 jam orang tuanya tak melakukan satu pun sunnah Nabi SAW ?
Bagaimana jika seandainya Nabi Muhammad SAW masih hidup di zaman ini.. mungkin beliau akan menangis sejadi-jadinya dan bertanya-tanya,
" Mengapa kalian jadi begini ???? "
Mungkin nada sedih dan marah akan keluar dari Nabi jika beliau ada saat ini dan hal ini makin membuat bulu kuduk saya merinding dan ga mampu lagi menahan dahsyatnya fenomena ini..
Dan bagaimana serta apa yang akan kita lakukan jika Rasulullah SAW berkunjung ke rumah kita saat ini ?
- Akankah kita sibuk mencari-cari buku hadits atau fiqih Islam dan langsung dipajang dalam lemari bukumu?
- Akankah kita sibuk mencari-cari Al-Qur'an dan segera diletakkan dengan sempurna agar terlihat olehnya?
- Akankah kita sibuk mematikan televisi, mematikan komputer, menyingkirkan DVD dan semua barang yang membuatmu lalai?
- Akankah kita sibuk menyiapkan baju-baju gamis.. kopiah.. jilbab-jilbab panjang agar terkesan bahwa kau seseorang yang mencintai sunnahnya ?
Saya jadi teringat bahwa apapun yang dilakukan oleh Rasulullah SAW itu semata-mata untuk kebaikan ummatnya.. beliau SAW sangat tak menginginkan ummatnya menderita karena kesalahannya sendiri..
- Akankah kita sibuk mencoba menjadi seseorang yang dengan secara mendadak mencintai dirinya ???
"Sungguh telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin " (Q.S At-Taubah: 128)
Namun saya menyadari, semuanya ini tergantung pada diri kita sendiri apakah kita mau membuat anak-anak kita kenal dengan artis terkenal namun tak kenal dengan Nabinya? apakah kita mau membuat anak-anak kita kenal dengan Nabinya tetapi kita sendiri jauh dari sunnah-sunnah beliau SAW ?
Teman-temanku wahai muslimah "kita hidup sudah jauh dari agama.. jauh dari sunnah Nabi.. maka janganlah makin menjauhkan diri darinya".... Lagipula ini pun jadi bekal untuk kita di akhirat nanti, agar kelak kita termasuk dalam golongan orang-orang yang mendapatkan syafaat dari beliau SAW...
Sedih rasanya apabila anak-anak kita tak lagi mendengar sirah Nabi SAW.. tak kenal lagi dengan kisah-kisah para sahabat Nabi SAW..
Mereka hidup dalam bayang-bayang yang tidak nyata. Mereka percaya dengan dongeng-dongeng putri raja.. kisah-kisah tak berbau Islami.. Mereka jadi jauh dari agama karena kelalaian kita...
Astaghfirullahal'azhiim.....
Sakit... benar-benar sakit rasanya saat apabila hal itu sampai terjadi.. Saya hanya bisa menunduk malu karena amat takut hal itu terjadi pada saya .... Bagaimana dengan kawan-kawanku para muslimah ..... akankah hal itu akan kita biarkan itu terjadi .......
Sakit... benar-benar sakit rasanya saat apabila hal itu sampai terjadi.. Saya hanya bisa menunduk malu karena amat takut hal itu terjadi pada saya .... Bagaimana dengan kawan-kawanku para muslimah ..... akankah hal itu akan kita biarkan itu terjadi .......
Marilah kita coba untuk merubah demi kebaikan .... ingatlah janji Allah bagi seseorang yang ingin merubah hidupnya di jalan yang diridhoi-Nya....
Wasssalam ;
Kartini Hadi Santoso;
0 komentar:
Posting Komentar